Mengatasi Masalah Keuangan Tanpa Mengeluarkan Uang

Penasaran ga sih bagaimana memecahkan masalah keuangan tanpa harus mengeluarkan uang lebih banyak?

Banyak orang berpikir mengatasi masalah keuangan sangat sulit untuk dilakukan. Tapi ternyata mengatasi masalah keuangan idak sesulit yang dipikirkan.

Apa Benar Cara Mengatasi Masalah Keuangan Adalah Dengan Mengeluarkan Lebih Banyak Uang?
Banyak orang yang mengungkapkan bahwa mereka mencari uang lebih untuk mengatasi masalah keuangannya?

Masalahnya adalah, stabilitas keuangan tidak akan tercapai hanya dengan pemasukan lebih banyak.

Tentu saja hal ini menyebabkan mereka terus mencari uang lebih, tanpa menemukan solusi dari masalah keuangannya.

Padahal, jawaban untuk mengatasi masalah keuangan bukanlah uang berlebih. Hal yang dibutuhkan justru sesuatu dari dalam diri kamu sendiri, yakni sikap disiplin dalam mengelola keuangan.
Kebanyakan orang terlalu fokus terhadap jumlah yang mereka peroleh daripada berapa jumlah yang mereka keluarkan, mereka biasanya gagal untuk menyadari bahwa tidak akan pernah ada pemasukan yang cukup tinggi untuk memenuhi semua hal yang diinginkan.

Pernahkah kamu mendengar orang tua berkata,

“Percuma mencari pemasukan terus menerus, nanti juga habis lagi. Karena semakin tinggi pemasukan semakin tinggi juga pengeluaran.”

Perkataan ini benar adanya, karena umumnya saat kamu merasa bahwa kamu memiliki uang lebih banyak, biasanya kamu juga akan mengeluarkan uang lebih banyak. Ini sudah hukum alam.

Oleh karena itulah, kamu harus tahu bahwa yang perlu dipikirkan bukan hanya pemasukan, tapi juga pengeluaran.

Bahkan, sebagian dari mereka yang kurang disiplin dalam keuangan malah menghadapi utang lebih tinggi saat pemasukannya bertambah.

Bukannya memperbaiki keadaan, biasanya peningkatan pemasukan juga bisa menimbulkan masalah.

Jadi, daripada terus memikirkan cara menambah pemasukan sebagai solusi masalah keuangan kamu, lebih baik kamu mencari alternatif solusi yang lebih efektif.

Apa solusi masalah keuangan yang dimaksud? Kita akan menjabarkannya kepada kamu.

Salah satu langkah awal yang harus kamu lakukan ialah dengan membuat perencanaan keuangan sedini mungkin.

kamu akan mengetahui apa saja yang harus direncanakan secara keuangan baik di masa sekarang maupun di masa mendatang.

Dengan begitu, kontrol alur keuangan kamu menjadi lebih baik.
Kenali Situasi Finansial Pribadi kamu dan Solusi Masalah Keuangannya.
Setiap orang memiliki situasi finansial yang berbeda-beda. kamu tidak bisa memaksakan diri menyamakan situasi dengan orang lain.

Ingatlah bahwa masalah yang berbeda membutuhkan solusi yang berbeda juga.

Sebagai contoh, beberapa situasi finansial yang cenderung dialami masyarakat kita adalah sebagai berikut:

#1 Berusaha Menyamakan Diri Dengan Orang Lain Untuk Mempertahankan Status Sosial
Situasi semacam ini sering dikenal dengan sebutan “Keeping up with the Joneses”, di mana kamu berusaha mempertahankan status sosial dengan menyamakan diri dengan gaya hidup orang lain.

Hal ini semakin menjadi tekanan pada masa serba modern, di mana secara tidak sadar hadirnya media sosial membuat kamu semakin tertekan.

kamu ingin tampil sebaik, sesukses, dan sekaya orang lain di media sosial kamu.

Tekanan ini menyebabkan kamu mengeluarkan lebih banyak uang dari seharusnya, dan mengorbankan keamanan finansial hanya untuk tampak sempurna di mata orang lain.

Solusi:

Penting untuk mengetahui bahwa kebiasaan menyamakan diri dengan orang lain adalah kebiasaan buruk.

kamu perlu tahu apa nilai yang penting bagi kamu, dan bagaimana mencapai nilai tersebut. Artinya, kamu mengeluarkan uang untuk sesuatu yang berarti dan bermakna bagi kamu, bukan untuk orang lain.

kamu tidak perlu lagi memahami nilai orang lain, dan kamu juga tidak perlu mengeluarkan uang untuk memperoleh hal yang sama.

Baca Juga  Hemat Uangmu, 4 Cara Ini Bisa Membuatmu Kaya Raya

Mengetahui nilai diri sendiri dengan jelas akan memudahkan kamu untuk membuat keputusan finansial berdasarkan apa yang penting, daripada apa yang kamu kira penting.

#2 Membeli Sesuatu Secara Impulsif
Pernahkah kamu membeli sesuatu di supermarket karena ada promo atau diskon, meski kamu tidak membutuhkannya? Inilah yang disebut dengan pembelian impulsif.

Sebuah survei yang dilakukan Harris Interactive and the National Endowment for Financial Education menyatakan bahwa, 80 persen orang Amerika mengaku telah membuat pembelian secara impulsif, entah itu belanja untuk dirinya sendiri atau untuk keluarga.

Dari jumlah tersebut, dua pertiganya mengatakan bahwa mereka menyesali pembelian tersebut.

Artinya, hal ini timbul karena adanya tekanan kuat dari luar, misalnya saja promo, produk yang dikemas begitu menarik, atau aroma parfum yang begitu lembut saat menerpa hidung kita.

Hal ini menyebabkan meningkatnya kadar dopamin (hormon yang menimbulkan rasa bahagia) di dalam otak, dan menyebabkan kamu membeli sesuatu yang tidak kamu butuhkan.

Solusi:

Saat berencana membeli sesuatu, kamu harus membuat daftar belanja yang ditaati dengan ketat. Jangan biarkan otak kamu mempengaruhi keputusan pembelian kamu.

Hindari juga berkeliling terlalu luas saat berbelanja. Segera tuju lorong belanja sesuai dengan daftar belanja, jangan luangkan waktu untuk melihat yang tidak perlu.

Tips kedua yakni dengan membawa uang secukupnya saat berbelanja, dan hindari menggunakan kartu kredit.

Dengan demikian kamu akan membatasi pembelian dan menolak membeli lebih dari yang dibutuhkan.

#3 Memanfaatkan Kartu Kredit Dengan Suku Bunga Mencekik
Berdasarkan data hasil survei Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), terdapat peningkatan kebutuhan kartu kredit di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 1,18%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kartu kredit semakin populer dan diminati masyarakat.

Tapi, tahukah kamu bahwa jika kamu menggunakannya dengan tidak bijak kartu kredit malah membawa petaka terhadap keuangan?

Saat menggunakan kartu kredit kamu mungkin hanya berpikir “Gampang, bisa dilunasi bulan depan.”

Tetapi sekali memulai, bisa saja hal ini menjadi kebiasaan sehingga tiba-tiba utang sudah menumpuk. Belum lagi adanya bunga yang dikenakan terhadap utang tersebut.

kamu bisa saja memiliki alasan kuat untuk berutang, tetapi apapun alasannya, utang kartu kredit bukanlah solusi.

Kartu kredit ditujukan untuk mempermudah transaksi non-tunai, bukan untuk melilit kamu dalam utang.

Solusi:

Memanfaatkan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, tapi kamu harus bijak menggunakannya agar tidak menjadi masalah keuangan.

Nah, jika kamu sudah terjerat lilitan utang kartu kredit, tkamunya kamu perlu stop menggunakan kartu kredit. kamu perlu memulai baru dengan mengeliminasi sumber masalahnya: KARTU KREDIT.

Dengan begitu, kamu sudah memangkas potensi utang baru, dan bisa berkonsentrasi untuk melunasi utang-utang yang tersisa.

Jika kamu belum terjerat utang kartu kredit, upayakan selalu memanfaatkan kartu kredit dalam batas kemampuan finansial kamu.

Artinya, pastikan kamu bisa membayar tagihannya tepat jumlah dan tepat waktu sebelum menggunakannya.

#4 Tidak Punya Dana Darurat
Hari gini masih belum punya dana darurat? Bagaimana bisa kamu mengatasi masalah mendadak yang membutuhkan dana cepat?

Sesuai namanya, dana darurat merupakan sejumlah dana yang perlu disiapkan untuk mengahadapi keadaan yang darurat, DAN merupakan sebuah komponen yang wajib dalam rencana keuangan yang solid.

Dana darurat dirancang khusus untuk mengatasi keadaan darurat yang membutuhkan cadangan finansial. Dana ini merupakan tindakan pencegahan kegagalan finansial saat kamu sedang membutuhkan dana cepat.

Jika tidak punya dana darurat, biasanya orang cenderung mengkamulkan utang saat keadaan darurat.

Baca Juga  Pensiunan PNS Bakal Mendapatkan Tunjangan Hingga Rp 1 Miliar

Ujung-ujungnya? Jadi tumpukan utang yang tidak pernah habis.

Ingat lho, keadaan darurat bukan hanya satu atau dua kali, ini bisa terjadi kapan saja di mana saja tanpa bisa kamu prediksi.

Solusi:

Jangan habiskan hidup kamu hanya untuk terlilit dalam tumpukan utang. Hindari utang dengan mempersiapkan dana darurat sedari jauh-jauh hari.

Ingatlah bahwa dana darurat adalah salah satu faktor penting yang menentukan apakah kamu akan mencapai kesuksesan finansial atau malah menghadapi masalah finansial.

#5 Mengkamulkan Warisan
Pernahkah kamu melihat teman atau kerabat yang sukses dan berpikir dalam hati:

“Kenapa ya, mereka bisa begitu mudah meraih sukses di usia muda? Sementara, sampai sekarang aku masih terus berjuang dan belum bisa sehebat mereka?”

Tapi pernahkah kamu berpikir bahwa mungkin saja mereka adalah orang-orang beruntung yang memperoleh kekayaan dari orang tuanya alias mengkamulkan warisan?

kamu tidak perlu kecewa, karena sukses itu bukan ditunjukan dengan kekayaan.

Mereka yang mengkamulkan warisan belum tentu sukses. Sukses itu milik mereka yang mau berusaha, bahkan jika harus dimulai dari nol.

Solusi:

Jangan pernah merasa iri akan warisan orang lain.

Jika kamu beruntung dan memiliki warisan pun, jangan jadikan warisan ini masalah keuangan dengan menggunakannya sembarangan.

Solusinya adalah dengan memanfaatkan warisan untuk dikembangkan kembali demi masa depan atau demi buah hati kamu kelak. Bukan dengan menghabiskannya begitu saja.

#6 Mengkamulkan Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup hedonisme yang dianut.

Di satu sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan dan kepuasan baik secara fisik maupun psikologi.

Namun disadari atau tidak, gaya hidup konsumtif justru memiliki dampak kurang baik terhadap “kesehatan finansial”.

Gaya hidup konsumtif dapat dikatakan sebagai pemborosan. Sementara pemborosan itu sendiri bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebihan melampaui apa yang dibutuhkan.

Tanpa disadari, perilaku ini akan menjadi kebiasaan yang mengendap dan membentuk karakter yang sulit diubah apalagi dihilangkan.

Ketika kita telah menaikkan gaya hidup, maka untuk menurunkan gaya hidup bukanlah hal yang mudah.

Solusi:

Saatnya membedakan mana yang merupakan keinginan dan mana yang kebutuhan.

Jangan biarkan kamu mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Lapar mata sangat berbahaya dan bisa jadi masalah keuangan.

Jadi, solusi satu-satunya untuk hal ini adalah selalu berkata pada diri sendiri saat ingin membeli sesuatu,

“Apakah ini sesuatu yang saya perlukan? Apakah saya tidak bisa melanjutkan hidup jika tidak membelinya?”

Jika jawabannya adalah ya, maka kamu boleh membelinya. Jika tidak, coba pikirkan kembali keputusan kamu.

#7 Membeli Sesuatu di Luar Kemampuan Finansial
Apa yang terjadi saat seseorang membeli sesuatu di luar kemampuan finansialnya? Benar sekali, akibatnya adalah utang.

kamu bisa menumpuk utang saat membeli sesuatu di luar kemampuan finansial kamu. Artinya, kamu sedang membuat masalah keuangan.

Banyak sekali orang yang melakukan kesalahan ini, karena asumsi bisa memperoleh kredit dengan mudah. Tidak jarang KTA, kartu kredit, kredit multi guna diperoleh dengan sangat mudah.

Masalahnya adalah mereka lupa mempertimbangkan bagaimana cara membayar cicilannya kelak. Akhirnya, kamu bisa dikejar-kejar debt collector atau bahkan aset kamu disita.

Solusi:

Selalu pertimbangkan kemampuan finansial kamu sebelum membeli sesuatu, meski banyak kredit beredar di luar sana.

Saat mengambil kredit pun selalu pikirkan debt ratio, di mana biasanya kredit yang ideal hanya memakan maksimal 30% dari pemasukan kamu rata-rata per periodenya.

Baca Juga  Terjerat Kasus Monopoli Iklan, Google Didenda Rp3,8 Triliun

Dengan demikian, tidak ada lagi istilah telat bayar atau bayar minimum, karena memang kredit yang diambil sesuai dengan kemampuan finansial kamu.

#8 Tidak Mencatat Keuangan
Dalam pencatatan keuangan ini, yang dimaksud adalah pencatatan pemasukan dan pengeluaran kamu.

Tujuannya? Untuk mengetahui seberapa besar pemasukan dan pengeluaran kamu sehingga bisa mengestimasi anggaran yang tepat.

kamu juga bisa mengetahui ke mana uang kamu pergi. Jadi tidak ada lagi kebingungan, “Kok uang saya sudah habis di pertengahan bulan ya?”

Jika kamu tahu ke mana uang kamu pergi, maka kamu dapat mulai melakukan penghematan.

Solusi:

Cari tahu bagian mana saja yang masih boros:

Pengeluaran mana yang dapat dihemat,
Pengeluaran mana yang perlu ditambah,
Pengeluaran mana yang dapat dihilangkan, dan lain sebagainya.

#9 Tidak Punya Anggaran
Sebagian besar dari kita tidak menelusuri ke mana uang kita pergi. Coba saya berikan satu pertanyaan kepada kamu:

“Berapa banyak uang yang kamu keluarkan kemarin?”

Mayoritas pasti tidak dapat langsung menjawab pertanyaan itu. Terlebih apabila saya kembali bertanya:

“Untuk apa saja uang tersebut digunakan?”

Maka akan semakin banyak yang hanya termenung dan terdiam. Hal ini membuktikan bahwa kamu belum mengatur keuangan dengan baik.

Solusi:

Agar pengaturan keuangan dalam keluarga teralokasikan dengan baik, dibutuhkan sebuah anggaran yang mengatur prioritas dan alokasi kebutuhan.

kamu sebaiknya menentukan apa yang penting dalam hidup kamu dan pasangan. Dengan kata lain, ini waktunya untuk berhenti memboroskan uang untuk sesuatu yang tidak dianggap penting.

Cobalah diskusikan matang-matang apa tujuan hidup kamu dan pasangan secara finansial, dan buatlah anggaran yang sesuai dengan nilai-nilai penting hidup tersebut.

Pengeluaran kamu secara otomatis akan lebih dimanfaatkan pada hal-hal yang bernilai, dan pada akhirnya membuat hidup keluarga lebih sejahtera.

Dengan demikian, kamu sudah selangkah lebih dekat untuk memperbaiki pengaturan keuangan dan meraih kebebasan finansial.

#10 Tidak Memikirkan Masa Pensiun
Financial Finesse menunjukkan bahwa 61% dari pekerja tidak tahu apakah simpanan mereka akan cukup untuk menjamin masa pensiun yang bahagia.

Kelompok ini tersesat dalam ketidaktahuan karena kurangnya perencanaan. Seperti sebuah pepatah mengatakan:

“Those who fail to plan, plan to fail.”

Artinya, kamu yang gagal membuat rencana sama saja dengan merencanakan kegagalan.

Solusi:

Salah satu penyebab 90% orang yang tidak siap menghadapi pensiun adalah karena kurangnya persiapan sejak usia muda. Di sinilah pentingnya sebuah PERENCANAAN PENSIUN (retirement plan).

Dengan perencanaan pensiun, kamu akan memperoleh beberapa benefit.

Salah satunya yaitu mempertahankan gaya hidup (lifestyle) kamu saat pensiun, sehingga kamu bisa terhindar dari kesalahan-kesalahan dalam mempersiapkan masa pensiun.

Syaratnya, jangan terlambat melakukan perencanaan pensiun.

Kabar baiknya, kini sudah banyak tools yang dapat membantu kamu membuat perencanaan pensiun, misalnya dengan menggunakan aplikasi Finansialku. Dengan demikian masa pensiun bisa dihadapi dengan tenang dan sejahtera.

Manfaatkan Solusi Masalah Keuangannya Sekarang!
Jangan pernah beranggapan bahwa masalah keuangan hanya bisa diselesaikan dengan lebih banyak uang.

Melalui pembahasan di atas, kamu tentu sudah paham seberapa penting untuk menentukan situasi keuangan, menentukan solusi, hingga melakukan tindakan untuk memanfaatkan solusi tersebut dalam mengeliminasi masalah.

Memang betul tambahan pemasukan bisa membantu kamu sedikit demi sedikit, namun jika tidak disertai dengan solusi masalah keuangan lain yang tepat bisa-bisa ujungnya tetap masalah juga.

Bagaimana menurut kamu? Apakah kamu setuju dengan kami?

Sumber.finalsialku.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *